Sejak 1950 sampai saat ini, Formula Satu telah memiliki lebih dari
800 pembalap. Hampir 30 diantara mereka sukses menjadi juara dunia dan
bahkan ada yang menjadi juara dunia sampai beberapa kali. Namun selain
itu ada juga beberapa pembalap hebat yang bahkan nyaris tidak pernah
menjadi juara dunia sekalipun mereka memiliki prestasi-prestasi yang
memukau selama membalap di F1.
Artikel berikut ini akan menerangkan kepada Anda seputar 10 pembalap
Formula Satu terbaik sepanjang masa. 10 pembalap ini dikenal selain
karena prestasi juga karena bakat dan emosional mereka saat masih aktif
membalap di arena F1.
Ia merupakan mantan pembalap mobil professional dan kini dikenal sebagai legenda hidup otomotif asal Australia. Ia merupakan juara dunia F1 era 1960-an. Ia menjadi juara dunia F1 sebanyak tiga kali, yaitu di musim 1959, 1960, dan 1966.
Dengan mengantungi start sebanyak 126 kali, Jack berhasil memenangi balapan sebanyak 14 kali, dan 12 kali fastest lap. Total poin yang berhasil ia raih adalah 261 pts.
Jack Brabham merupakan salah satu pembalap F1 yang sukses dengan mobil yang ia desain sendiri. Selain itu, Brabham juga sukses mengelola tim balapnya, sampai akhirnya kemudian di jual ke Bernie Ecclestone di awal 1970-an. Di tangan Mr. E, tim Brabham berhasil menjadi juara dunia konstruktor sebanyak dua kali, dan berhasil mengantarkan Nelson Piquet Senior menjadi juara dunia pembalap pada tahun 1983.
Sampai saat ini, Brabham bersama Alan Jones dikenal sebagai juara dunia F1 dari Australia. Tidak ada lagi juara dunia F1 dari negara kanguru tersebut sampai saat ini meskipun ada beberapa pembalap potensial yang mampu memenangi balapan seperti Mark Webber.
9. NELSON PIQUET
Piquet merebut juara dunia F1 pada tahun 1981, 1983, dan 1987. Ia merupakan salah satu generasi terbaik pembalap Brasil di era 1980-an. Pertarungannya yang sengit ia alami saat bergabung di tim Williams melawan rekan setimnya sendiri, Nigel Mansell yang sering ia ejek sebagai “orang bodoh”
Mendekati akhir masa kariernya, ia menjadi mentor bagi Michael Schumacher muda, ketika Schumi memulai karier F1-nya pada tahun 1991, saat Schumi baru saja bergabung bersama tim Benetton. Kemudian pada era Abad 21 ia membimbing penuh putranya, Nelson Piquet Jr. untuk menjadi pembalap F1. Sayangnya Piquet Jr. gagal melanjutkan nama besar ayahnya.
8. ALBERTO ASCARI
Ia merupakan salah satu dari dua juara dunia F1 asal Italia sampai saat ini. Ia turun di F1 dari musim 1950 sampai 1955. Ia menjadi juara dunia di musim 1952 dan 1953 bersama tim Italia, Scuderia Ferrari.
Dari 32 kali start balapan, Ascari berhasil memenangi 13 lomba dan bahkan sempat mencatat kemenangan beruntun 7 kali berturut-turut dari GP Belgia 1952 sampai GP Argentina 1953. Rekor terbaik yang masih bertahan sampai saat ini.
Tragis bagi dirinya datang di Monza tahun 1955 saat ia melakukan testing. Mobilnya melintir dan berguling-guling dan dengan standar keamanan mobil serta sirkuit yang masih kuno saat itu, Ascari tewas hanya beberapa menit usai kecelakaan itu terjadi.
7. NIKI LAUDA
Dikenal sebagai The Rat (karena giginya agak tonggos), Niki Lauda menjadi juara dunia dari Austria kedua setelah Jochen Rindt. Lauda bergabung dengan Ferrari di dekade 1970-an dan membantu tim Italia tersebut menjadi juara dunia pada 1975 dan 1977. Ia sempat pensiun sementara di akhir 1979 dan kembali ke F1 pada 1982. Kembalinya Lauda ke F1 berakhir dengan manis saat ia menjadi juara dunia bersama McLaren di musim 1984 yang sangat ketat.
Usai pensiun lagi dari F1 di akhir 1985, Lauda beralih profesi sebagai pengusaha. Ia sempat mendirikan perusahaan penerbangan bernama Lauda Air. Ia juga sempat dipercaya menjadi manajer tim Ferrari di awal 1990-an dan terakhir memimpin tim Jaguar Racing di 2002.
Momen paling diingat dari Lauda adalah kecelakaan besar yang nyaris saja merenggut nyawanya di Nurburgring 1976 saat mobil Ferrari yang ia kendarai terbakar. Seorang pembalap bernama Guy Edwards tampil sebagai pahlawan dengan menarik Lauda keluar dari mobilnya yang terbakar tersebut. Lauda meninggalkan bekas luka bakar di telinga bagian kanannya akibat kecelakaan itu.
6. JACKIE STEWART
Salah satu pembalap F1 terbaik dari Britania Raya. Stewart adalah orang Skotlandia kedua setelah Jim Clark yang mampu menjadi juara dunia F1. Stewart merebut gelar juara dunia pada musim 1969, 1971 dan 1973. Kerjasama suksesnya adalah ketika ia membalap di F1 bersama tim Tyrrell dan mesin Ford-Cosworth. Rekor kemenangannya di F1 adalah 27 kali yang baru bisa dipecahkan Alain Prost di GP Portugal 1987.
Di masa senjanya, Stewart sempat memimpin tim F1 bernama Stewart Grand Prix yang turun di F1 dari 1997 sampai 1999 dengan hasil memenangi satu lomba di GP Eropa 1999 bersama Johnny Herbert. Tim ini kemudian berubah nama menjadi Jaguar Racing di 2000 dan kemudian Red Bull Racing di 2005.
5. JIM CLARK
Bintang dari segala bintang F1 yang dimiliki oleh Britania Raya. Ia menjadi juara dunia F1 pada 1963 dan 1965. Selain itu Clark juga berhasil menjadi juara Indianapolis 500 tahun 1965 dan merebut posisi ketiga dalam Le Mans 24 Jam tahun 1960. Clark dikenal karena kemampuannya yang cepat beradaptasi dengan kondisi mobil dan sirkuit serta balapan yang ia ikuti dimanapun, karena itulah Clark juga berhasil menjuarai British Touring Car Championship di musim 1964 dan Tasman Series di 1965, 1967 dan 1968
Selama berkarier di F1 ia hanya bekerja untuk satu tim saja yaitu Lotus. Ia meninggal dunia akibat kecelakaan di Hockenheimring pada tahun 1968. Namanya menjadi abadi saat dimasukkan ke International Motorsports Hall of Fame pada tahun 1990 dan kemudian Motorsports Hall of Fame of America di tahun yang sama dalam kategori pembalap mobil roda terbuka.
4. ALAIN PROST
Bintang asal Perancis ini merebut empat kali gelar juara dunia pada 1985, 1986, 1989 dan 1993 dan menjadikannya orang ketiga setelah Michael Schumacher (7 gelar) dan Juan Manuel Fangio (5 gelar) yang mampu menjadi juara dunia F1 diatas angka 3 kali. Prost juga sempat memegang rekor sebagai pembalap yang paling banyak memenangi lomba F1 yaitu 51 kali sebelum dipecahkan oleh Michael Schumacher di GP Belgia 2001.
Selama 1980-an dan sampai awal 1990-an, Prost membentuk persaingan sengit dengan beberapa pembalap, terutama Ayrton Senna, dan juga Nelson Piquet serta Nigel Mansell. Persaingannya dengan Ayrton Senna adalah yang paling menarik sekaligus kontroversial diantaranya adalah tabrakan di Grand Prix Jepang 1989 yang memberikan Prost gelar juara dunia untuk ketiga kalinya. Setahun kemudian di tempat yang sama pula mereka bertabrakan lagi, tapi kali ini Prost, yang mengemudi untuk Ferrari, kalah.
Prost banyak disebut orang sebagai pembalap dengan gaya halus dan santai di belakang kemudi. Ia sendiri menyebut bahwa dirinya terinspirasi oleh idola pribadinya seperti Jackie Stewart dan Jim Clark. Prost sering dijuluki sebagai “Profesor” berkat pendekatan intelektual dalam kompetisi balap F1. Ia dikenal terampil menyiapkan mobilnya untuk kondisi balapan, dan juga handal dalam menghemat rem dan ban di awal lomba, dengan harapan bisa digeber sampai akhir perlombaan.
Satu-satunya noda bagi Prost adalah kegagalannya mengelola tim F1 sendiri yaitu Prost Grand Prix yang berkompetisi di F1 dari musim 1997 sampai 2001.
3. JUAN MANUEL FANGIO
Dikenal sebagai Sang Master (El Maestro). Ialah penguasa F1 di era 1950-an dengan raihan gelar juara dunia sebanyak 5 kali (1951, 1954, 1955, 1956,1957) dengan empat tim berbeda (Alfa Romeo, Maserati, Mercedes GP dan Ferrari). Ia mempertahankan rekor lima kali juara dunianya ini selama 46 tahun sampai dipecahkan Michael Schumacher di musim 2003.
Prosentase kemenangan balapannya adalah 46,07% dan menjadikannya yang tertinggi diatas Michael Schumacher, Alain Prost dan Ayrton Senna. Fangio menjadi pembalap Argentina pertama dan satu-satunya yang berhasil menjadi juara dunia F1 dan juga memenangi balapan kandangnya sendiri yaitu GP Argentina. Fangio meninggal dunia dalam usia 84 tahun pada 1995.
2. AYRTON SENNA
Salah satu master balapan F1 modern dari Brasil. Ia merebut gelar juara dunia pada 1988, 1990, dan 1991. Senna membalap untuk empat tim selama ia berkarier di F1 yaitu Toleman, Lotus, McLaren, dan Williams. Ia pernah berpasangan dengan juara dunia Alain Prost untuk tim McLaren pada tahun 1988 ia menjadi juara dunia pertama kali di Formula 1. Perseteruannya dengan Prost sering dikenang sebagai salah satu perseteruan terhebat sekaligus terpahit dalam sejarah Formula 1.
Senna memiliki beberapa julukan yaitu The Rain Man karena ia piawai mengendalikan mobil dalam lintasan basah seperti di GP Monako 1984 ketika ia finis kedua dengan mobil seadanya. Kemenangan pertama Senna juga dicetak di trek basah pada GP Portugal 1985 dan pada GP Eropa 1993 Senna berhasil menjadi juara lewat aksinya menyalip lima mobil sekaligus di akhir lap 1.
Julukan lainnya bagi Senna adalah Master of Monaco karena dia menjuarai GP Monako sebanyak 6 kali. Senna juga sangat piawai dalam kualifikasi dengan total raihan pole position sebanyak 65 kali dalam 162 lomba. Michael Schumacher memecahkan rekor pole Senna di musim 2006 dengan menjalani 236 balapan.
Senna meninggal dunia akibat kecelakaan hebat di tikungan Tamburello saat memimpin balapan di GP San Marino di Sirkuit Imola bersama tim Williams pada 1 Mei 1994. Senna menjadi pembalap F1 terakhir yang tewas saat balapan sampai saat ini.
1. MICHAEL SCHUMACHER
Juara dari para juara. Schumi merebut 7 kali gelar juara dunia (1994, 1995, 2000, 2001, 2002, 2003 dan 2004). Ia juga memegang berbagai rekor pribadi di arena F1 seperti kemenangan terbanyak (91 kali), pemegang pole position terbanyak (68 kali), peraih poin paling banyak (dengan sistem sebelum 2010), dan jumlah kemenangan terbanyak dalam satu musim (13 kali di musim 2004).
Bersama Ross Brawn, Rory Byrne dan Jean Todt, Schumi dikenal sebagai pembangkit tim Ferrari di akhir 1990-an dan di awal 2000-an. Tidak ada tim ataupun pembalap yang mampu mengalahkan Schumi dari tahun 2000 sampai 2004. Fernando Alonso berhasil mengalahkan Schumi di 2005.
Beberapa kontroversi yang sempat menyelimuti Schumi adalah pada saat perebutan gelar juara dunia melawan Damon Hill di GP Australia 1994 dan melawan Jacques Villeneuve di GP Eropa 1997 yang menyebabkan Schumi terkena diskualifikasi dari kejuaraan dunia. Sampai saat ini Schumi memegang rekor sebagai satu-satunya pembalap yang terkena diskualifikasi dari klasemen kejuaraan dunia. Schumi juga sempat tersangkut kasus team order di GP Austria 2002.
Schumi dikenal piawai dalam membalap di trek basah. Selain itu berkat arahan Ross Brawn, Schumi juga piawai dalam membaca balapan. Taktiknya yang gila namun berhasil adalah saat memakai strategi empat kali pitstop di GP Perancis 2004 yang kemudian ia menangi dengan dominan.
Di luar trek balapan sendiri, Schumi merupakan salah satu duta dari UNESCO dan juga duta untuk keselamatan pengemudi jalan raya. Ia juga sering menyumbangkan uang penghasilannya untuk beberapa kegiatan amal dan kemanusiaan bagi yang membutuhkan di seluruh dunia.
Usai Schumi pensiun di 2006 dan kembali lagi ke arena F1 pada musim 2010, beberapa pembalap muda era saat ini seperti Lewis Hamilton dan Sebastian Vettel digadang-gadang akan meneruskan dominasi Schumi di tahun-tahun mendatang. Namun sejauh ini hanya Sebastian Vettel-lah, orang yang sukses menjadi juara dunia dua kali berturut-turut pasca era Schumi dan juga berhasil mendominasi penuh satu musim di tahun 2011. Secara kebetulan juga Vettel dan Schumi bersahabat dan Schumi mengaku dirinya sering berdiskusi bersama Vettel, kita tunggu saja kedepannya!
sumber
0 komentar:
Post a Comment