Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Friday, 26 October 2012

Mari Merenung (I)

Kindly Bookmark and Share it:

"Sesungguhnya kecepatan kita untuk menerima kenyataan yang musti terjadi, hasilnya sangat menakjubkan. Karena itu akan segera merelakan kenyataan itu dan kemudian melupakannya selama-lamanya," ujar pakar psikologi terkenal, Dale Carnegie.


Kebanyakan orang menjadi lemah karena musibah yang menimpanya. Bahkan sudah tidak aneh juga ketika kita mendengar orang kehilangan akal sehatnya lantaran mengalami tekanan akibat musibah. Beban hidup yang terlalu berat dapat mengakibatkan tekanan batin yang hebat. Dalam ilmu psikologi, disebut depresi. Ungkapan Dale Carnegie di atas, mengajak orang membatasi kesulitannya dengan menghadapi kenyataan dan bersikap menerimanya dan tidak putus asa. Sebab, semakin seseorang larut dalam kesedihan, maka ia dapat kehilangan kontrol atas dirinya sendiri, dan menjadi seperti orang sakit jiwa.

Diceritakan tatkala anak-anak Nabi Ya'kub AS datang menemui beliau sambil berpura-pura menangis karena kehilangan puteranya, Yusuf AS, yang dikatakan mati dimakan serigala. Nabi Ya'kub tidak mempercayai apa yang dikatakan anak-anaknya itu, dan ia mengeluarkan kalimat yang diabadikan dalam Al-Qur'an, "Kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan terhadap apa yang kamu ceritakan." (QS. Yusuf:83).

Nabi Ya'kub pun telah menanti kembalinya Yusuf yang hilang antara hidup dan mati. Haripun berlalu, masapun bertukar. Tapi ia tak kunjung putus harapan. Sebagaimana ucapannya yang juga disebutkan di dalam Al-Qur'an: Kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semua kepadaku, sesungguhnya Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Yusuff:83).

Ternyata, musibah itu telah menambah kebaikan yang sangat besar pada diri Nabi Ya'kub AS.

Ada analogi yang baik kita renungkan. "Seorang pekerja pada proyek pembangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu hari ia harus menyampaikan pesan penting kepada temannya yang ada di bawahnya. Pekerja itu berteriak-teriak tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja. Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali.

Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua juga memperoleh hasil yang sama, gagal. Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah temannya itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya dan karena merasa sakit temannya menengadah ke atas. Sekarang pekerja itu dapat  menjatuhkan catatan yang berisi pesannya itu. Tuhan kadang-kadang menggunakan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Seringkali Tuhan memberi berkah, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Karena itu memang lebih pantas jika Tuhan menjatuhkan "batu" kepada kita. 

Karena itu bersabarlah bila diuji, bersyukurlah bila diberkahi, dan teruslah berkarya untuk nusa bangsa, dan dunia untuk kebaikan yang mulia. Allahuakbar!!!!!!!!!!!!

sumber: Buletin Jum'at Hidayah 6 Juli 2012 (dengan pengubahan dan penambahan).  




1 komentar:

 

Followers

Powered by Blogger.